Kepada bapak.
Ibu memelihara bunga yang kautanam di tahun itu,
hiasan pagar rumah kita, sudah bertahun-tahun lamanya.
Kata ibu, kau pergi mencari bunga yang lebih cantik
untuk memperindah halaman rumah kita.
Setiap akhir tahun, kami menyongsong malam tahun baru:
menyalakan lilin di depan foto kita yang berangkul-rangkulan,
bergantian menjaga nyala api dari gangguan angin
sambil menunggu terompet penghujung tahun mendoakan kita
--suaranya seperti jeritan, seperti memanggil-manggilkan
kau yang pernah seperti kembang-kembang api:
indah bermekaran di langit sebentar saja lalu habis
berjatuhan di matanya, danau yang tak pernah kering.
“Bersihkan pigura ini dari debu lalu bermimpilah, Nak
Esok kita akan bertamasya dan foto bersama”
Begitulah cara ibu membimbing-paksa
supaya mataku berani menatap fotomu, Bapak!
Ia telah merencanakan foto keluarga bersama kau
untuk memperbarui foto lama kita di pigura itu.
Di tahun baru, ibu berdandan lebih cantik.
Pagi-pagi sekali, ia mengajakku berjalan-jalan ke taman kota.
Bergandengan, kami pamerkan baju baru kami yang bergambar bunga-bunga
sambil menenteng kado merah hati berisi baju dan celana baru untukmu.
Di rumah, ibu mencuci baju tahun baru kita.
Baju baruku dijemur di antara baju baru kalian.
Tiga baju bergambar bunga cerah melambai-lambai
terlihat sangatlah serasi, indah sekali.
Jika kutanya kenapa bertahun-tahun kau tak pulang
mata ibu menjadi sepasang cermin jernih yang basah.
"Percayalah anakku, tahun-tahun akan berlalu
dan berganti menjadi tahun yang lebih baru.”
jawabnya.
"Selamat tahun baru, Bapak!"
Ibu memelihara bunga yang kautanam di tahun itu,
hiasan pagar rumah kita, sudah bertahun-tahun lamanya.
Kata ibu, kau pergi mencari bunga yang lebih cantik
untuk memperindah halaman rumah kita.
Setiap akhir tahun, kami menyongsong malam tahun baru:
menyalakan lilin di depan foto kita yang berangkul-rangkulan,
bergantian menjaga nyala api dari gangguan angin
sambil menunggu terompet penghujung tahun mendoakan kita
--suaranya seperti jeritan, seperti memanggil-manggilkan
kau yang pernah seperti kembang-kembang api:
indah bermekaran di langit sebentar saja lalu habis
berjatuhan di matanya, danau yang tak pernah kering.
“Bersihkan pigura ini dari debu lalu bermimpilah, Nak
Esok kita akan bertamasya dan foto bersama”
Begitulah cara ibu membimbing-paksa
supaya mataku berani menatap fotomu, Bapak!
Ia telah merencanakan foto keluarga bersama kau
untuk memperbarui foto lama kita di pigura itu.
Di tahun baru, ibu berdandan lebih cantik.
Pagi-pagi sekali, ia mengajakku berjalan-jalan ke taman kota.
Bergandengan, kami pamerkan baju baru kami yang bergambar bunga-bunga
sambil menenteng kado merah hati berisi baju dan celana baru untukmu.
Di rumah, ibu mencuci baju tahun baru kita.
Baju baruku dijemur di antara baju baru kalian.
Tiga baju bergambar bunga cerah melambai-lambai
terlihat sangatlah serasi, indah sekali.
Jika kutanya kenapa bertahun-tahun kau tak pulang
mata ibu menjadi sepasang cermin jernih yang basah.
"Percayalah anakku, tahun-tahun akan berlalu
dan berganti menjadi tahun yang lebih baru.”
jawabnya.
"Selamat tahun baru, Bapak!"
0 comments:
Post a Comment